De mapas fantásticos y dónde encontrarlos

Cuando enseñaba historia peruana en una Universidad en Lima tuve la oportunidad de echarle una mirada al examen final preparado por una colega mía. Su principal pregunta era un ejercicio para llenar en el que se les pedía a los estudiantes poner la cantidad de kilómetros cuadrados que el Perú había perdido ante cada uno de sus cinco vecinos. Siempre me ha intrigado esta retórica de pérdida territorial—todos los países sudamericanos participan de ella—e incluso inspiró el tema de mi trabajo de maestría, en el que comparé este tropo en el Perú y Filipinas. Al leer más producción académica sobre el Sudeste Asiático, en este caso sobre Tailandia, he encontrado más conceptos que los historiadores de América Latina podrían tomar en cuenta a la hora de estudiar el discurso de los “territorios perdidos” en sus propios países.

Leer más

Perselisihan wilayah di Asia Tenggara dan Amerika Selatan

Di Amerika Selatan ada fenomena yang menarik: setiap negara mempunyai wacana retorik tentang konsep kehilangan wilayah. Bagaimana bisa benar bahwa Ecuador yang merebut wilayah Peru tetap Peru juga merebut wilayah Ecuador? Kita bisa melihat pola pikir yang sama di hampir setiap negara terhadap setiap negara tetangganya. Sebenarnya, kebanyakan wilayah itu adalah wilayah asal yang tidak benar-benar dikuasai oleh negara-negara tersebut. Waktu mereka merdeka, setiap negara mencoba menduduki wilayah sebanyak mungkin, dan memakai pembenaran sejarah kolonial misalnya “Berkenaan dengan sejarah bahwa dulunya wilayah tersebut diminta oleh kerajaan Spanyol, sekarang orang dan wilayah asli tersebut kami kuasai”. Tetapi pendapat suatu negara tentang berapa banyak wilayah yang sudah dipunyai oleh negara tersebut bertentangan dengan pendapat tetangganya. Sehubungan dengan situasi itu, banyak negara memperebutkan wilayah itu, misalnya Ecuador, Colombia, Peru, Bolivia dan Brazil di Amazonia, atau Chile dan Argentina di Patagonia.

Leer más